Minggu, 17 Juni 2012

Demam Tidak Selalu Merugikan

Menurut dr.  Leonard Nainggolan SpPD-KPTI dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, demam merupakan respon fisiologis (normal) terhadap penyakit. Saat demam suhu tubuh meningkat diatas batas normal. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pirogen pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36.2-37.70 C, dimana terdapat variasi diurnal yaitu pada pagi hari suhu tubuh lebih rendah dan lebih tinggi pada sore hari. Disebut demam jika suhu diatas 37.20 C di pagi hari atau lebih dari 37.70 di sore hari, yang diukur lewat mulut.

Pengaturan suhu terjadi di hipotalamus. Reseptor di hipotalamus mendapat sinyal dari saraf tepi yang mendapat rangsangan panas atau dingin, serta dari temperatur aliran darah yang mengalir dalam tubuh. Dr. Leonard menjelaskan, jika seseorang berada di tempat dingin (misal ruangan ber AC, reseptor suhu  di kulit akan mengirim sinyal ke hipotalamus. Jika set point suhu di hipotalamus lebih tinggi, maka hipotalamus akan mengirim sinyal ke bagian otak yang mengatur behavior adaptation untuk mengancingkan baju lebih rapat, memakai jaket atau menggigil. Saat menggigil terjadi proses pembakaran sehingga dihasilkan panas lebih banyak. Tubuh juga akan melakukan vasokonstriski (penyempitan pembuluh darah)  sehingga darah yang mengalir ke permukaan tubuh berkurang dan pelepasan panas tubuh  ke lingkungan luar berkurang. Sebaliknya,  jika suhu lingkungan sekitar panas, sinyal yang sampai ke hipotalamus menyatakan bahwa suhu yang didapat lebih tinggi daripada set point hipotalamus sehingga tubuh juga akan melakukan adaptasi. Behavioral adaptation bisa berupa mengipas-ngipas dan membuka kancing baju. Selain itu terjadi pelebaran pembuluh darah serta rangsangan pada sistem parasimpatis sehingga  tubuh berkeringat.

Penyebab demam
  
Zat  yang menyebabkan demam disebut pirogen, diantaranya berbagai mikroorganisme (virus, bakteri, jamur),  toksin yang berasal dari mikroorganisme,  sisa/pecahan mikroorganisme yang sudah mati, berbagai komponen sistem imun, obat-obatan tertentu serta zat sitokin dari tumor. Pirogen akan merangsang monosit dan mikrofag untuk melepaskan suatu zat (sitokin  endogen)  yang akan masuk ke sirkulasi darah dan sampai ke hipotalamus. Kemudian di hipotalamus asam arakhidonat diubah menjadi prostaglandin E2 yang akan meningkatkan thermoregulator set point. Tubuh akan berupaya untuk mencapai set point yang baru dengan berbagai cara.

Tipe demam

Demam memiliki beberapa tipe. Melalui tipe/pola demam kadang dapat ditentukan penyakit yang diderita seseorang. Pada tipe intermiten suhu tubuh meningkat dan kemudian kembali normal dalam beberapa jam atau hari, misal pada  abses dan malaria falsifarum.  Pada tipe remiten demam dapat turun setiap hari namun tidak pernah mencapai suhu normal (pada TBC, endokarditis, demam tifoid). Pada tipe relaps demam berulang setelah beberapa hari atau minggu dan biasa terjadi pada penyakit malaria kuartana, tertian, dan limfoma. Demam yang berulang namun hanya sekali terjadi pada tipe bifasik yang biasa ditemukan pada penyakit leptospirosis dan demam berdarah dengue. Sedangkan pada tipe kontinu variasi suhu tubuh dalam sehari tidak lebih dari 1 C. Demam akibat radang otak, obat dan kuman salmonella bermanifestasi sebagai tipe kontinu ini.

Apakah demam bermanfaat atau merusak tubuh?

Menurut dr. Leonard demam merupakan reaksi fisiologis (normal) dari tubuh dan merupakan upaya perlawanan tubuh  terhadap proses infeksi:
  •  Peningkatan suhu tubuh akan menurunkan kadar FE, Zn dan Cu dalam serum yang diperlukan oleh bakteri sehingga mengganggu pertumbuhan dan replikasi bakteri.
  • Saat terjadi demam tubuh menggunakan lebih banyak lemak dan protein untuk sumber energi dimana bahan tersebut juga diperlukan oleh bakteri sehingga suplai untuk bakteri berkurang.
  • Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi pemecahan lisosom dan penghancuran  sel sehingga mencegah replikasi virus pada sel yang terinfeksi.
  • Terjadi peningkatan produksi protein hati fase akut yang mengikat kation yang diperlukan dalam reproduksi mikroba.
Suhu yang meningkat menyebabkan transformasi limfosit dan peningkatan pergerakan netrofil  sehingga memfasilitasi terjadinya reaksi pertahanan tubuh.

Dengan berbagai mekanisme di atas maka dapat disimpulkan bahwa demam tidak selalu merugikan malah justru membantu tubuh manusia melawan proses infeksi. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah demam betul-betul perlu diterapi?

Fever phobia

Adalah istilah yang diberikan untuk kesalahan persepsi orang tua terhadap demam pada anak. Kesalahan persepsi itu antara lain:
  • Demam adalah penyakit dan bukan gejala penyakit
  • Demam ringan saja dapat berbahaya
  • Takut akan efek samping demam seperti kejang demam dan kerusakan permanen pada otak
  • Demam dapat menyebabkan otak meleleh

Persepsi yang salah tersebut membuat orang tua sangat khawatir dan buru-buru memberi obat penurun panas walaupun sebenarnya suhu tubuh masih normal atau hanya sedikit meningkat.
Harus diingat bahwa demam tidak selalu harus diterapi. Sebagian besar demam dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Demam jarang sampai mencapai level yang membahayakan walau tidak diterapi. Kerusakan otak tidak akan terjadi bila suhu masih di bawah 42 °C. Sebagian anak memang mempunyai kecenderungan mengalami kejang saat demam (kejang demam). Namun perlu diketahui bahwa kejang demam bukan merupakan kondisi yang berbahaya, tidak menyebabkan kerusakan otak dan berlangsung kurang dari 10 menit.

Jadi apa yang harus dilakukan saat demam?
  • Tidak perlu memakai selimut tebal, gantilah baju bila terlalu tebal dan gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang nyaman
  • Mandi atau kompres dengan air hangat
  • Perbanyak asupan cairan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar